Tuesday, October 7, 2014

Kehidupan Sore

Diposkan oleh Unknown di Tuesday, October 07, 2014 0 komentar

Ada cerita tentang pak tua yang berjalan tanpa lelah menjajakan dagangannya. Dengan masing-masing lima bungkus tape di tangan kanan dan tangan kirinya, ia berjalan menyusuri riuh kampus di sore hari. Hamparan mahasiswa yang berada di lingkungan kampus tak membuatnya jera meneteskan keringat. Demi sesuap nasi, demi apapun yang sedang melanda dirinya, ia harus bisa menghasilkan sesuatu yang berharga untuk anak dan istrinya di rumah.

Pak Maksum, begitulah panggilan akrabnya. Hari ini adalah hari di mana seluruh mahasiswa baru memulai perkuliahan untuk pertama kalinya. Hari ini merupakan hari pertama ia menjajakan tapenya keliling kampus setelah vakum karena libur panjang perkuliahan. Ia sadar bahwa mahasiswa-mahasiswa yang berada di kampus itu lah yang kerap membeli dagangannya. Tak jarang dagangannya habis terjual. Tapi, apa yang terjadi?
“Pak, dangannya masih kah?” Ucap seorang perempuan dari bilik mobil depan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
“Wah sudah habis, Mbak. Baru saja habis, saya keliling di Gazebo Perpustakaan dan Alhamdulillah semuanya dibeli sama sama salah satu mahasiswa di sana,” ucap Pak Maksum menyunggingkan senyum.
“Yaah, padahal saya mau beli semua pak. Saya ada acara di rumah nanti sama teman-teman, mereka suka dengan juice tape,” jawab Vani dengan wajah sedikit kecewa.
            “Oh, kalau begitu tunggu saya sebentar ya saya mau cari lagi di pasar semoga saja orang tempat saya membeli masih belum pulang.”
“Pasar mana pak?”
“Merjosari,” jawab Pak Maksum sambil berlalu meninggalkan mobil bercat putih dengan hiasan bunga-bunga pink di atasnya. Belum sempat Vani mengiayakan tawaran Pak Maksum tersebut, ia sudah pergi dengan cepatnya menuju luar kampus di jalan Veteran.

Vani menghela napas panjang, tak menyangka Pak Maksum yang jika berjalan saja masih tak sempurna seperti orang kebanyakan. Tapi ketika dihadapkan dengan pembeli yang ia rasa itu adalah raja yang akan membawakannya rezeki yang banyak, ia seolah tak menghiraukan letih tubuhnya yang terlihat tak kuat lagi menahan baban hidup yang begitu rumit.

Satu hal yang bisa menjadikan pelajaran kepada Vani, bahwa ia ketika ke kampus pun selalu membawa mobil sendiri, sedang masih banyak orang di luar sana yang meski berjalan tertatih pun tak pernah mengeluh dan bahagia dengan hidupnya. Lalu pantaskah seorang manusia yang pada dasarnya oleh Tuhan sudah diberi kehidupan yang berbeda masing-masing, selalu mengeluh dan menganggap Tuhan tak berada di dekatnya?

Kehidupan yang berbeda di masing-masing orang memberikan makna bahwa kita tak bisa hidup sendiri, kita semestinya bisa belajar dari kehidupan orang lain yang mungkin tak pernah kita ketahui. Kita hanya tahu hidup kita sendiri, tetapi kita tak pernah tahu bagaimana di luar sana banyak yang lebih berjuang untuk kita, untuk hidup kita. Lihatlah hidup kita seperti apa, racik ia bersama hidup orang lain, maka kauakan mengetahui bagaimana manisnya rasa pahit ketika asam berubah menjadi asin. J
 

just say WHATEVER ツ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea