Monday, November 18, 2013

Oktober Berlalu, Hujan Belum Berlalu..

Diposkan oleh Unknown di Monday, November 18, 2013
Semilir angin menerpa tubuh usang, berdebu, tertiup angin, membawa hujan kembali menghirup tanah, aromanya meninggi, ke angkasa. Detik berjalan meninggalkan waktu yang konstan, entah tinggal berapa lama lagi kehidupan ini akan berubah menjadi kehidupan yang lebih baik. Mimpi itu seakan nyata, dan kamu yang meyakiniku—dakon.
Kita di rantauan ini berdua, Kon. Kamu masih bisu seperti pertama kali kumengenalmu. Kautak banyak berbicara tentang hidupku, kautersenyum di kala aku mungkin tak mengharapkan senyumanmu. Tapi itulah kita, kita yang selalu berdua di sini menanti sebuah angan yang belum pasti. Menanti mimpi yang saat ini sedang mempermainkan kita bak sinetron.
Aku percaya pada awan pembawa hujan, kauseolah memberiku kabar, bahwa di setiap hujan yang Tuhan turunkan, ada terselip kerinduan yang amat mendalam akan bulan penghujan ini. Apakah aku masih bisa menikmatimu lebih lama lagi di tahun mendatang? Akankah semuanya berubah ketika waktu tak lagi sama?
Dakon, daun-daun enggan berguguran meninggalkan tangkainya. Tapi mengapa saat ini di sekelilingku banyak orang-orang yang kecewa pada sebuah kebohongan? Iya, benar saja. Hampir belum sepekan ini aku selalu dikabarkan oleh kabar yang sama-sama berisikan tentang kekecewaan. Iya, itu dari teman-temanku. Kasian mereka yang harus menahan sakit di atas kesenangan orang lain yang mereka cintai. Aku mendengarkan sepatah demi patah kata yang keluar dari hati kecil mereka. “Kenapa dia PHPin aku?” Begitu ucapan lirihnya. Entahlah Tuhan, ini musim penghujan atau musim PHP. Semua orang membahas hal ini tanpa habis. Hingga amarah meradam di dalam benak, lalu ingin ditumpahkan kepada siapa? Kalian tahu dari awal kalau laki-laki yang kalian inginkan tersebut hanya memberi angan-angan yang belum tentu benar, lalu mengapa kalian dengan mudahnya terbang? Apa dunia ini terlalu ringan?
Mohonlah kepada Tuhan kalian, siapa yang kalian sayangi. Sebut terus namanya dalam do’a, meski namamu tak akan mungkin pernah ia sebutkan dalam ucapannya. Ucapkan bahwa kaumencintainya, kaumenyayanginya karena Tuhanmu, bukan karena nafsumu. Jangan pernah salahkan orang lain yang kauanggap memPHP dirimu, tapi salahkan dirimu yang mungkin belum banyak mensyukuri indahnya nikmat Tuhan. Ketahuilah, sakit itu indah. Indah jika kaumerasakan itu sampai dalam hati. Nikmati, seolah kopi yang memaksa ingin masuk ke tubuhmu, sedang kautak menyukai rasa pahit. Coba nikmati sakitmu, perlahan-lahan, biarkan ia masuk seperti obat, biarkan ia dengan mudah melewati kerongkongan, biarkan ia dengan mudah mencerna di hatimu, bebaskan jiwamu, beri ia sedikit ruang untuk kauselalu bersyukur atas nikmat Tuhan. Biarkan ia melebur dalam tubuhmu, pun pahitnya hanya terasa di lidahmu, tak mengenakkan di kerongkonganmu. Namun apa kau pernah sadar bagaimana ia bekerja di dalam tubuhmu, untuk kesembuhanmu?
Itulah pahitnya obat yang tanpa kausadar dengan kepahitannya tersebuh bisa membawamu pada kesembuhan yang tak akan pernah kauduga. Begitu pula dengan beragam masalah yang sudah atau sedang menghampiri, anggap itu obat mujarab untukmu, meski pahit kauharus telan. Sulit? Kauharus telan. Masih sulit? Dorong ia dengan apapun yang bisa mengurangi rasa pahitnya. Kaupasti bisa. Merubah hati manusia saja Allah bisa, lalu mengapa kautidak memohon akan hal itu? J
Di sini, dakon ini pernah menyadarkanku pada suatu hal. “Kebohongan yang melanda pada akhirnya akan mendekat pada kejujuran. Ketika kebohongan kehabisan cara untuk berbohong, ia akan kembali kepada kejujuran yang tak pernah ia jujuri”. Kamu memberiku makna mendalam. Aku memang bukan hal terpenting yang setiap hari harus kaukuatkan, Kon. Tapi entah, kita di sini hanya berdua, mungkin tak ada yang tau, kalau di sini meskipun hanya berdua, kita menggenggam mimpi yang tinggi. Kita duduk berdua melihat burung yang terbang tinggi sedang menertawakan kita. Melihat hidup yang seakan dengan mudahnya membolak-balikkan fakta sehingga membuat kita tertawa. Melihat kehidupan menertawakan kita yang mungkin terlihat bodoh. Whatever. Siapa yang bisa menghalangi mimpi kita, Kon? Akan ku bawa kaumasuk dan mengikuti hidupku berlayar, mungkin benda bisu lebih bisa mengerti di saat yang hidup tak lagi menggunakan akal untuk berpikir.


Di saat hujan belum mereda, masih bersama Dakon—benda bisu pemberi tawa..

0 komentar:

Post a Comment

Tuliskan komentar Anda di bawah ini.

 

just say WHATEVER ツ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea