Hari ibu. Ya, tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai
hari ibu. Entah bagaimana kisah dan sejarahnya sehingga setiap tanggal tersebut
diperingati sebagai hari ibu. Namun bagi aku sendiri, hari ibu itu merupakan
hari di mana kita—seharusnya—mengingat seorang wanita yang sangat berharga
dalam hidup kita. Bersyukurlah ketika kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk
bisa menatap, menggenggam, memeluk, hingga membahagiakan beliau. Satu hal yang
membuat beliau bahagia—sebenarnya—seharusnya, yaitu dengan mengucapkan “Aku
sayang Ibu”.
Masih ingatkah kapan terakhir kita mengatakan hal seperti
itu? Iya, bahkan aku pun, hingga saat aku menulis ini, aku melupa. Mungkin,
kebanyakan dari kita menganggap hal tersebut adalah hal yang sepele, tapi
ketahuilah, ibu yang mendengar kalimat ungkapan kasih sayang dari anaknya akan
merasa sangat bahagia. Ah, sepele. Ah, masa sih? Ah, katrok. Ah, ngga perlu
mengatakan hal seperti itu, kan ibuku sudah tahu kalau aku sayang sama beliau.
Ah, ungkapan itu ngga penting, yang
penting itu adalah bukti. Ah, hanya ucapan. Ah, Ah, Ah, dan Ah yang lainnya.
Iya, itu anggapan kita, kan? Tentu. Karena kita belum sepenuhnya menjadi
seorang ibu. Tak banyak orang yang bisa mempunyai naluri sebagai seorang ibu.
Apalagi kita yang posisinya hanya sebagai anak, kita tak akan pernah tahu
rahasia terbesar seorang ibu kepada anaknya. Rahasia kasih sayang yang kita
tidak pernah tahu, tak pernah beliau jelaskan, tak pernah beliau deskripsikan,
hanya bisa kita rasakan ketika kita sudah sampai pada titik di mana beliau saat
ini.
Ibu, kami terlalu kecil untuk bisa mengartikan besarnya kasih
sayangmu. Iya kami paham, memberikan kasih sayang bukan hanya di saat 22
Desember seperti hari ini. Seharusnya kasih sayang itu diberikan setiap saat.
Tetapi, banyak dari kita yang mungkin lupa, dikarenakan sibuk dengan misi
mencari jati diri untuk membahagiakan keluarga, dan lain sebagainya. Melalui
momen inilah, tertanggal 22 Desember, sesibuk apapun kita, segiat apapun kita
mengejar mimpi, kita akan mengingat sosok itu. Hingga terkadang meneteskan air
mata, mengingat setiap langkah yang pernah kita lalui sejak kecil, mengingat
kejadian unik saat bersama, mengingat hal-hal yang terlihat bodoh saat
kaupercaya bahwa sesendok nasi yang beliau suapi dulu adalah pesawat yang
terbang lalu masuk ke mulut. Semuanya indah, dan lucu ketika kaumengingatnya
sekarang. Beliau pernah ada, bahkan ketika beliau diambil Tuhan, beliau tetap
PERNAH ada.
Ibu, aku ingin momen ini menjadi momen yang indah setiap
tahunnya, menjadi momen yang tak tertulis secara resmi di buku, tetapi akan
tetap tercatat di dalam memori kita, memori kenangan yang tak akan pernah kita
lupakan, sampai mimpi-mimpi ini tercapai, sampai tangan ini lelah menggapai,
sampai keringat ini menjadi manis, dan sampai semua orang tahu, Aku
menyayangimu, Ibu.
Malang, 22 Desember 2014
Untuk wanita yang kuat menahan hidup
Merelakan apapun demi keluarganya
Demi suami dan anak-anaknya
Wanita sederhana
Namun istimewa
Ibu.
0 komentar:
Post a Comment
Tuliskan komentar Anda di bawah ini.