Memuncak meredam lalu membangkit hingga ke
atas, tumbang lagi karena melapuk. Namun lapukan itu membuat ia tumbuh kembali,
berseri, berbunga, berdaun, pun menghijau. Dedaunan yang semalam kedinginan
menghirup pikuknya hembusan bulan. Kini hangat karena mentari.
Lugas, namun sederhana. Indah, namun belum
tentu paling indah. Semua punya masa. Sesuatu yang indah jika jiwa tak terasa
indah, maka indah tak lagi disebut indah. Sebaliknya, sesuatu yang tidak indah
namun jiwa meng-indah-kannya, maka indah itu ada, indah itu NYATA.
Kenyataan bukan saat semu merubah diri bak power ranger menjadi indah belum pada
saatnya. Tetapi kenyataan itu merupakan fakta. Fakta bahwa semua tak selamanya
semu. Hitam tak selamanya hitam. Pun putih tak selamanya putih. Semua punya
masa.
Sederhana, bukan? :’)
Itu caramu meng-indah-kanku. Meng-indah-kan
kita. Mungkin, tidak sedikit orang menganggap indah itu ketika semua asa
menjadi miliknya, semua rasa menjadi miliknya, pun semua angan menjadi
miliknya. Tanpa tahu, keringat di balik usaha untuk menjadikan semua itu
menjadi nyata.
Jangan ikuti cara mereka, ya. Jangan hiraukan
kata mereka, ya. Kita ya kita, Mereka ya mereka. Kita memang hidup di satu
bumi. Langit yang kita pandang pun sama. Tapi, musim yang kita jalani itu yang
berbeda. Musimnya mereka, berbeda dengan musim kita. Musim itu cuaca. Tidak ada
cuaca yang buruk, yang ada hanya pikiran yang buruk.
Sungguh sesuatu yang sederhana, karena bersama,
akan istimewa.
0 komentar:
Post a Comment
Tuliskan komentar Anda di bawah ini.